Minggu, 11 Oktober 2009

Perubahan secara cepat pada awal-awal kemerdekaan dan munculnya benih-benih politik Luar Negeri

Pendahuluan
Semangat kemerdekaan di awal tahun1945 sangat bergejolak diwaktu itu. Bangsa Indonesia pada waktu itu pun menjadi dilema, dikarenakan penderitaan penjajahan tiada akhir. Suatu ketika perjuangan bangsa Indonesia untuk memaksa kemerdekaan dengan berbagai pertempuran. Pertempuran di berbagai daerah. Pertempuran Bangsa Indonesia yang konon hanya menggunakan bambu runcing sebagai senjata utama untuk melawahan penjajah, yang menjadikan semangat kemerdekaan itu masih ada. Betapa sulitnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia ini di waktu itu. Ada beberapa tokoh yang sangat dominan dalam pembentukan Negara Indonesia yang merdeka diantaranya Soekarno, Hatta, Radjiman Wedyodiningrat, dan Sutan Syahrir.
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana yang konon kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan Malaka yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10.00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati, dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Walaupun, pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI. Meskipun demikian Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus 1945. Tapi, dengan semangat kemerdekaan dan nasionalis yang tinggi Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada hari Jumat, 17 Agustus 1945.







Pembahasan
Dilema Bangsa Indonesia pada masa transisi kemerdekaan
Kemerdekaan adalah sebuah cita-cita yang banyak diharapkan oleh Negara yang terjajah. Bahkan bias jadi merdeka itu harapan setiap orang yang mengalami kebuntuan penghasilan, uang yang terus mengalir dengan passive income. Sama dengan Bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang-Belanda dan para sekutunya, Bangsa Indonesia mencita-citakan kemerdekaan yang selama penjajahan berlangsung. Meskipun bangsa Indonesia mencita-citakan kemerdekaan ada satu hal dilematis yang ada.
Perjuangan Bangsa Indonesia untuk menuntut kemrdekaan, banyak sekali gesekan antara sekutu dengan Nergara Indonesia ini. Indonesia yang tiba-tiba memprokalamsikan kemerdekaan dan dunia internasional pun terkejut dan secara tiba-tiba ada proklamsi kemerdekaan RI. Yang mana Indonesia pada waktu itu Indonesia masih diambil alih oleh sekutu dari rezim penjajah Jepang. Kemerdekaan itu diprakarsai oleh Ir. Soekarno dan kawan-kawannya di sebuah rumah yang tak terduga bahwa itu adalah rumah salah satu orang bagian dari penjajah Jepang. Setelah beberpa waktu kemudian Indonesia pun menggelar perundingan-perundingan untuk menemui kesepakatan dengan sekutu yang pada waktu itu masih ada Indonesia.]
Yang pertama perundingan yang diawali di kota Jakarta pada bulan Oktober, perundingan itu menyepakti adanya gencatan senjata utnuk menghentikan pertempuran sporadis.
Yang kedua perundingan Linggarjati Cirebon, kedua pihak menyepakati adanya status Negara dan luas wilayah Indonesia yang kelak akan dibentuk Negara Indonesia Serikat. Pihak sekutu yang setuju mengakui facto atas jawa, madura, dan sumatera. Indonesia diwakili oleh Kabinet Sjahrir III yang dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir dan tiga anggota: Mohammad Roem, Susanto Tirtoprodjo, dan AK Gani. Belanda diwakili oleh tim yang disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Schermenhorn dengan anggota Max Van Poll, F de Boer, dan HJ Van Mook. Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator dalam perundingan ini.
Hasil perundingan terdiri dari 17 pasal yang antara lain berisi:
1. Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.
2. Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1946.
3. Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
4. Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth atau Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.
Untuk ini Kalimantan dan Timur Raya akan menjadi komponennya. Sebuah Majelis Konstituante didirikan, yang terdiri dari wakil-wakil yang dipilih secara demokratis dan bagian-bagian komponen lain. Indonesia Serikat pada gilirannya menjadi bagian Uni Indonesia-Belanda bersama dengan Belanda, Suriname dan Curasao. Hal ini akan memajukan kepentingan bersama dalam hubungan luar negeri, pertahanan, keuangan dan masalah ekonomi serta kebudayaan. Indonesia Serikat akan mengajukan diri sebagai anggota PBB. Akhirnya setiap perselisihan yang timbul dari persetujuan ini akan diselesaikan lewat arbitrase.
Kedua delegasi pulang ke Jakarta, dan Soekarno-Hatta kembali ke pedalaman dua hari kemudian, pada tanggal 15 November 1946, di rumah Sjahrir di Jakarta, berlangsung pemarafan secara resmi Perundingan Linggarjati. Sebenarnya Soekarno yang tampil sebagai kekuasaan yang memungkinkan tercapainya persetujuan, namun, Sjahrir yang diidentifikasikan dengan rancangan, dan yang bertanggung jawab bila ada yang tidak baik.

Intervensi PBB
Awal permulaan dari intervensi PBB karena adanya pengunduran diri Sjahrir yang digantikan oleh Amir dan jalan kekerasan Belanda menandi akhirnya tahap pertama kebijaksanaan diplomasi. Kebijaksanaan itu telah mendapatkan perolahan yang nyata, kendatipun terbatas. Diatas segalanya kedudukan internasional republik telah dipertinggi sebagai hasil derajat pengakuan de facto yang diberikan penandatanganan perjanjian Linggarjati. Mengingat situasi ini, kepemimpinan politik hanya dapat bertahan dengan diplomasi yang mencari idealnya pengaruh dari pihak ketiga yang dapat menguatkan tuntutan Indonesia akan kemerdekaan. Apa yang terjadi ialah tidak seperti yang diharapkan, tetapi dalam situasi yang kritis ini hubungan internasional republik menunjukan hasil. Konsekuensi langsung penggunaan cara kekerasan oleh Belanda ialah tanggapan internasional yang hangat dan melibatkan PBB dalam masalah kemerdekaan Indonesia. Perkembangan baru ini mengubah kerangka dan situasi politik yang didalamnya perjuangan telah berlangsung.
Pembicaraan dengan Belanda dimulai lagi pada tanggal 8 Desember di atas kapal Angkatan Laut Amerika Serikat, Renville yang berlabuh di lepas pantai Jakarta. Tanggal 17 Januari 1948 berlangsung konferensi di atas kapal perang Amerika Serikat, Renville, ternyata menghasilkan persetujuan sebagai berikut. Kedaulatan seluruh Hindia Belanda akan berada pada Belanda hingga pembentukan Indonesia Serikat yang akan menjadi negara berdaulat dan merdeka. Negara Serikat ini nantinya akan menjadi mitra sederajat dengan Belanda dalam suatu kesatuan di bawah pimpinan raja Belanda. Status republik dalam wilayah yang ditentukan batasnya akan menjadi negara bagian dari Indonesia Serikat. Ketentuan mengenai referendum telah dibuat untuk pulau-pulau Jawa, Madura dan Sumatera yang di awasi secara internasional guna menentukan apakah penduduk di ketiga pulau tersebut berkeinginan menjadi bagian dari republik ataukah membentuk negara bagian sendiri dalam struktur federal. Akhirnya semua negara bagian harus diberi perwakilan yang adil dalam pemerintahan sementara yang dibentuk sebelum pengesahan konstitusi bakal Indonesia Serikat.
Penyerahan kedaulatan
Ketidakmampaun untuk memaksakan penyelesaian di Indonesia dengan semakin kuatnya tekanan internasional untuk memulihkan pemerintahan republik ke Yogyakarta, memaksa Belanda pada bulan Februari 1949 mengusulkan konferensi pendahuluan di Deh Haag. Dalam pertemuan ini semua yang terlibat dalam konflik akan merumuskan ketentuan mengenai penyerahan kedaulatan yang dipercepat. Prakarsa ini mengwali suatau perundingan yang panjang yang mencapai titik puncaknya pada tanggal 5 Mei 1949 berupa kompromi dari pihak republik berkat dari tekanan Amerika.
Di Den Haag, keyakinan Deplu Ameriks Serikat Bahwa hal yang mendesak bagi kepimimpinan republik untuk kembali ke Indonesia dengan hadiah kemerdekaan merupakan tantangan bagi hasil akhir perundingan. Penyerahan kedaulatan dicapai dengan perundingan-perundingsn Perundingan-perundingan ini dilaksanakan oleh penganjur dan eksponen diplomasi bersama dengan mitra federal yang dapat diterima Belanda. Dan akhirnya penyerahan kedaulatan dari tangan sekutu berpindah ke Indonesia, setelaha perundingan panjang.

Mahatma Gandhi

Mahatma Gandhi
Mohandas Karamchand Gandhi (2 Oktober, 1869-30 Januari, 1948), yang juga dipanggil Mahatma Gandhi (bahasa Sanskrit: “berjiwa hebat”) Beberapa dari anggota keluarganya bekerja pada pihak pemerintah. Saat remaja, Gandhi pindah ke Inggris untuk mempelajari hukum. Setelah dia menjadi pengacara, dia pergi ke Afrika Selatan, sebuah koloni Inggris, di mana dia mengalami diskriminasi ras yang dinamakan apartheid. Dia kemudian memutuskan untuk menjadi seorang aktivis politik agar dapat mengubah hukum-hukum yang diskriminatif tersebut. Gandhi pun membentuk sebuah gerakan non-kekerasan.
Gandhi adalah seorang pemimpin spiritual dan tokoh politik tersohor dari India. Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang merupakan jajahan Inggris. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri.
Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka. Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya.
Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainya bagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macam oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang.
Mahatma Gandhi pernah mengatakan bahwa ada tujuh hal yang menghancurkan kita. Ke semuanya berkaitan dengan kondisi sosial dan politik. Obat penangkal dari setiap “dosa besar” ini adalah suatu standar eksternal yang eksplisit atau sesuatu yang berdasarkan pada prinsip dan hukum alam, bukan pada nilai-nilai sosial.
1–Kekayaan tanpa kerja.
Ini mengacu pada praktek mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, hanya memanipulasi pasar, aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus bekerja atau menghasilkan nilai tambah. Sekarang banyak profesi yang berkenaan dengan menumpuk kekayaan tanpa bekerja, mengumpulkan banyak uang tanpa membayar pajak, mengambil keuntungan dari dana-dana pemerintah tanpa menanggung bagian beban keuangan yang wajar, dan menikmati semua keuntungan dari status suatu warga negara dan keanggotaan suatu badan hukum tanpa mau memikul resiko atau tanggung jawab apa pun. Ini semua didasarkan pada suatu rencana cepat kaya atau spekulasi yang menjanjikan pelakunya dengan iming-iming, “Anda tidak perlu bekerja untuk menjadi kaya.” Motif emosional yang utama adalah ketamakan.
2–Kenikmatan tanpa suara hati.
Pertanyaan utama dari orang yang belum matang, egois, dan suka kenikmatan adalah, “Apa manfaatnya bagi saya? Apakah ini akan menyenangkan saya? Apakah ini akan memudahkan saya?” Banyak orang mendambakan kenikmatan namun mengabaikan suara hati dan tanggung jawab, bahkan mereka melupakan atau meninggalkan sama sekali keluarganya dengan alasan mengerjakan urusan mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai bentuk kemandirian. Tetapi kemandirian bukan keadaan yang paling dewasa, hanya sebuah posisi di tengah jalan menuju kondisi kesalingtergantungan - kondisi yang paling maju dan matang.
Kenikmatan tanpa suara hati merupakan salah satu godaan bagi para eksekutif saat kini. Banyak orang menganggap dirinya telah sukses lalu merasa bebas untuk melakukan apa yang diinginkannya. Mereka mencari kenikmatan. Padahal
kenikmatan tanpa suara hati hanya menimbulkan luka dan sakit hati bagi orang-orang lain.
Suara hati adalah tempat bersemayamnya kebenaran dan prinsip-prinsip abadi monitor internal hukum alam. Belajarlah untuk memberi dan menerima, tidak hidup egois, peka, penuh perhatian.Jika tidak, maka tidak akan ada rasa tanggung jawab sosial dalam kegiatan-kegiatan kenikmatan kita.
3–Pengetahuan tanpa karakter.
Bagaimanapun berbahayanya pengetahuan yang sempit, jauh masih lebih berbahaya pengetahuan tanpa karakter yang kuat dan berprinsip. Perkembangan intelektual yang murni tanpa perkembangan karakter internal yang sepada sama halnya dengan menyerahkan mobil sport bertenaga tinggi ke tangan remaja yang kecanduan obat bius. Sayangnya ada saja orang yang tak suka dengan pendidikan karakter, karena mereka menganggap, “Itu adalah urusan sistem nilai anda.” Tetapi anda bisa mendapatkan seperangkat nilai umum yang disetujui semua orang, bahwa kebaikan, keadilan, martabat, sumbangsih, dan integritas adalah patut untuk dipertahankan. Tak seorang pun akan menentang anda dalam hal ini. Jadi, marilah memulai dengan nilai-nilai yang tidak dapat dipertentangkan kemudian memasukkan nilai-nilai itu ke dalam sistem pendidikan, pelatihan dan pengembangan perusahaan kita. Marilah mencapai keseimbangan yang lebih baik antara perkembangan karakter dan intelektual.
4–Bisnis tanpa moralitas (etika).
Adam Smith, dalam bukunya Moral Sentiments, menjelaskan betapa mendasarnya dasar moral bagi keberhasilan sistem ekonomi; yaitu bagaimana kita saling memperlakukan satu sama lain, semangat untuk berbuat baik, melayani, memberi bantuan. Apabila kita mengabaikan dan membiarkan sistem ekonomi berjalan tanpa dasar moral serta tanpa pendidikan berkelanjutan, kita akan segera membentuk masyarakat dan bisnis yang tidak bermoral, kalau bukan asusila.
Bagi Adam Smith, setiap transaksi bisnis merupakan tantangan moral agar kedua belah pihak memperoleh hasil yang adil. Keadilan dan kemauan baik dalam bisnis adalah tiang penyangga sistem perdagangan bebas yang disebut kapitalisme. Sistem ekonomi kita merupakan hasil dari demokrasi konstitusional dengan pemenuhan hak-hak minoritas juga. Semangat menang-menang adalah semangat moralitas, semangat saling menguntungkan, semangat keadilan bagi semua yang terlibat.
5–Ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan.
Apabila ilmu pengetahuan semuanya menjadi teknik dan teknologi, ilmu pengetahuan dengan cepat akan merosot menjadi manusia melawan kemanusiaan. Teknologi berasal dari paradigma ilmu pengetahuan. Jika hanya sedikit sekali tujuan kemanusiaan yang ingin dicapai oleh teknologi, maka kita akan menjadi korban teknologi kita sendiri. Bagaimana pun teknologi harus bersandar pada dinding yang benar; yaitu kemanusiaan. Bila tidak, maka evolusi atau bahkan revolusi dalam ilmu pengetahuan takkan atau sedikit sekali membawa pada kemajuan manusia yang nyata dan berharga.
Satu-satunya hal yang belum berevolusi adalah hukum dan prinsip-prinsip alam, misal, sebelah utara pada kompas tak pernah berubah. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah wajah hampir semua yang lain. Tetapi hal yang mendasar masih tetap berlaku seiring dengan berlalunya waktu.
6–Agama tanpa pengorbanan.
Tanpa pengorbanan kita mungkin aktif dalam kelompok agama namun tidak hidup beriman. Kelompok agama hanyalah tirai sosial agama belaka. Tidak ada kerja sama nyata dengan orang-orang, atau berusaha lebih keras lagi, atau mencoba memecahkan masalah-masalah sosial kita. Melayani kebutuhan orang lain memerlukan pengorbanan, setidaknya pengorbanan kesombongan dan prasangka diri kita sendiri.
Jika sebuah agama hanya dilihat sebagai suatu sistem hierarki biasa, pemeluknya tidak akan mempunyai semangat pelayanan atau semangat ibadah yang mendalam. Sebaliknya mereka akan memusatkan perhatian pada ritual lahiriyah dan semua bentuk-bentuk luar agama yang bisa dilihat. Namun, mereka bukan orang-orang yang berpusat pada Tuhan atau prinsip.
7–Politik tanpa prinsip.
Anda lihat banyak politisi menghabiskan banyak uang untuk membangun citra, meskipun citra itu dangkal, tiada isi, hanya untuk memperoleh suara dan jabatan. Bila ini terjadi, maka sistem politik akan bekerja terlepas dari hukum-hukum alam. Padahal Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat menulis, “Kami percaya kebenaran-kebenaran ini dengan sendirinya, bahwa Manusia diciptakan stara, bahwa mereka diberkati oleh Pencipta dengan Hak-hak tertentu yang melekat pada diirnya, antara lain hak akan kehidupan, kemerdekaan, dan pencarian kebahagiaan.”
Kunci bagi masyarakat yang sehat adalah menciptakan kemauan sosial, sistem nilai, selaras degan prinsip-prinsip yang benar. Apabila tak ada prinsip, tidak ada yang bisa anda jadikan tempat bergantung. Prinsip adalah kompas penunjuk arah utara yang sejati. dan indikator bagi landasan tempat kita membangun sistem nilai. Dan, keduanya berjalan selaras.

Nelson Mandela

Review Nelson Mandela
Nelson Mandela terlahir di wilayah Afrika Selatan yang mana dia lahir dengan keadaan telanjang dan berwarna kulit hitam. Dia lahir pada tanggal 18 Juli 1918, terlahirkan di Qunu dekat Umnata. Nelson Mandela sebenarnya bukan nama aslinya. Nama Nelson itu berasal dari seorang guru yang metodis. Nama asli beliau adalah Rolihlahla Mandela. Beliau anak pertama yang disekolahkan oleh keluarganya. keluarga beliau berketurunan ningrat. Pada usia 16 tahun beliau masuk di Clarkebury Boarding Institute, di institute itu beliau mempelajari budaya barat. Di Institute itu dia bertemu dengan kolega abadinya yang bernama Olver Tambo, beliau dan koleganya sepakat untuk menentang kebijakan kampus. Ketika terjadi penentangan kebijakan, beliau dan Tanbo dikeluarkan dari kampus tersebut. Lalu beliau pindah ke Johannesburg dan melanjutkan kuliahnya di University of South Africa setelah mengambil hukum di University of the Witswatersrand.
Mandela ketika beranjak dewasa beliau menikah dengan Evelyn Ntoko Mase berakhir dengan perceraian pada 1957 setelah 13 tahun. Pernikahannya dengan Winnie Madikizela yang berjalan 38 tahun berakhir dengan perceraian 1996. Pada ulang tahunnya ke-80, Mandela menikahi Graça Machel, janda dari mantan Presiden Mozambik Samora Machel, yang juga seorang kawan ANC.
Perjalanan Politik Mandela yang terus mengalami penekanan dari pihak pemerintah. Mandela seringkali mengkritik jalannya pemerintahan yang tidak beres. Dan pemerintah tidak pernah lepas pandangannya dengan Mandela, Mandela pun demikian. Mandela pun aktif dalam partai, partai yang beliau ikutin ialah Partai ANC (African National Congress). Sebagai Aktivis Nelson Mandela mengikuti African National Congress (ANC) dari tahun 1942.Karena kegiatannya yang antiapartheid, ia menjalani berbagai masa hukuman. Pada 5 Agustus 1962, Mandela ditangkap dan dipenjarakan di Johannesburg Fort kemudian pada 25 Oktober 1962, ia dijatuhi hukuman 5 tahun penjara dan pada 12 Juni 1964, ia dan sekelompok aktivis lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup. Setelah menolak pembebasan bersyarat dengan menghentikan perjuangan bersenjata pada Februari 1985, Mandela tinggal di penjara sampai dibebaskan pada 11 Februari 1990 atas perintah Presiden Frederik Willem de Klerk setelah ditekan oleh seluruh dunia. Mandela dan de Klerk mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian pada 1993
Dalam mengikuti partai ANC, Mandela juga pernah menduduki kursi Presiden Afrika selatan selama satu periode. Kemenangan Mandela dalam pemilu adalah suatu yang luarbiasa. Mandela adalah presiden pertama kali yang berkulit hitam di Afrika Selatan. Selama satu periode Mei 1994-Juni 1999, Mandela menjadi Presiden Afrika Selatan. Kendala-kendala yang paling dipermasalahkan Mandela dalam kepemimpinannya adalah penanggulangan dan pencegahan AIDS yang terus bertambah korbannya, bahkan anaknya Mandela yang bernama Makgatho Mandela salah satu korban tewas akibat penyakit AIDS ini.
Pada masa Mandela sebelum berkuasa di Afrika Selatan, kaum kulit hitam adalah kaum yang sangat tertindas oleh kaum kulit putih. Kaum kulit hitam dianggap orang paling rendah derajatnya oleh kaum kulit putih. Penindasan kaum kulit hitam terus berlanjut sehingga akhir abad ke-20. Pada Februari 1990, akibat dorongan dari bangsa lain dan tentangan hebat dari berbagai gerakan anti-apartheid khususnya Kongres Nasional Afrika (ANC), pemerintahan Partai Nasional di bawah pimpinan Presiden F.W. de Klerk menarik balik larangan terhadap Kongres Nasional Afrika dan partai-partai politik berhaluan kiri yang lain dan membebaskan Nelson Mandela dari penjara. Undang-undang apartheid mulai dihapus secara perlahan-lahan dan pemilu tanpa diskriminasi yang pertama diadakan pada tahun 1994. Partai ANC meraih kemenangan yang besar dan Nelson Mandela, dilantik sebagai Presiden kulit hitam yang pertama di Afrika Selatan. Walaupun kekuasaan sudah berada di tangan kaum kulit hitam, berjuta-juta penduduknya masih hidup dalam kemiskinan.
Sewaktu Nelson Mandela menjadi presiden negara ini selama 5 tahun, pemerintahannya telah berjanji untuk melaksanakan perubahan terutamanya dalam isu-isu yang telah diabaikan semasa era apartheid. Beberapa isu-isu yang ditangani oleh pemerintahan pimpinan ANC adalah seperti pengangguran, wabah AIDS, kekurangan perumahan dan pangan. Pemerintahan Mandela juga mula memperkenalkan kembali Afrika Selatan kepada ekonomi global setelah beberapa tahun diasingkankan karena politik apartheid. Di samping itu, dalam usaha mereka untuk menyatukan rakyat pemerintah juga membuat sebuah komite yang dikenal dengan Truth and Reconciliation Committee (TRC) dibawah pimpinan Uskup Desmond Tutu. Komite ini berperan untuk memantau badan-badan pemerintah seperti badan polisi agar masyarakat Afrika Selatan dapat hidup dalam aman dan harmonis.
Presiden Mandela menumpukan seluruh perhatiannya terhadap perdamaian di tahap nasional, dan mencoba untuk membina suatu jatidiri untuk Afrika Selatan dalam masyarakat majemuk yang terpisah oleh konflik yang berlarut-larut selama beberapa dasawarsa. Kemampuan Mandela dalam mencapai objektifnya jelas terbukti karena selepas 1994 negara ini telah bebas dari konflik politik. Nelson Mandela meletakan jabatannya sebagai presiden partai ANC pada Desember 1997, untuk memberi kesempatan kepada Presiden yang baru yaitu Thabo Mbeki. Mbeki dipilih sebagai presiden Afrika Selatan selepas memenangi pemilu nasional pada tahun 1999, dan partainya menang tipis dua pertiga mayoritas di parlemen. Presiden Mbeki telah mengalihkan fokus pemerintahan dari pendamaian ke perubahan, terutama dari segi ekonomi negara.
Mandela adalah salah seorang yang terus berjuang untuk menuntut keadilan hak setiap warga Negara di Afrika Selatan. Oleh karena itu Mandela menuliskan piagam kemerdekaan, dimana piagam tersebut berisi tentang dokumen kebijakan pertama yang mengemukakan tujuan-tujuan untuk suatu Afrika Selatan yang demokratis dan non-rasional. Mandela menulis bahwa Piagam itu bahkan lebih daripada hanya sebuah daftar dari reformasi-reformasi demokratis. Piagam itu adalah suatu rencana revolusioner. Dan bukan suatu program sosialis karena tidak mencakup pemindahan kekuasaan kepada kelas social tertentu, akan tetapi Mandela mengakui bahwa tanpa perubahan-perubahan yang mendasar, seperti nasionalis tambang, maka tidak akan mungkin terjadi perubahan yang menyeluruh dalam kondisi rakyat dan tidak akan mungkin terdapat system pemerintahan yang demokratis.
Belum pernah sebelumnya sebuah dokumen atau sebuah seminar atau kongres yang demikian luasnya disambut dan dibicarakan oleh gerakan demokratis di Afrika Selatan. Belum pernah sebelumnya sebuah dokumen atau konferensi yang merupakan tantangan yang besar dan serius terhadap kebijakan rasial dan anti rakyat di negeri ini. Berikut sepenggal kalimat yang diutaran penduduk Afrika Selatan
“Untuk pertama kali dalam sejarah negeri kami, kekuatan-kekuatan demokratis tanpa memperhatikan ras, kepercayaan ideologis, keanggotaan partai atau kepercayaan agama, telah menolak dan mengesampingkan rasialisme dalam segala bentuknya, dengan jelas menyatakan tujuan dan sasaran mereka dan bersatu dalam sebuah rencana kerja bersama.”
Piagam itu tidak hanya merupakan sebuah daftar tuntutan bagi reformasi politik. Merupakan sebuah dokumen revolusioner, persis karena perubahan-perubahan yang digambarkannya tidak akan dapat dimenangklan tanpa menghancurkan tatanan ekonomi dan politik yang terdapat di Afrika Selatan. Untuk memenangkan tuntutan itu diperlukan organisasi, diluncurkan dan dikembangkannya perjuangan massa dalam skala yang paling luas.



Critical Review Nelson Mandela
Sebuah harapan besat di negeri Afrika Selatan mempunyai pemimpin yang menyama ratakan penduduknya dengan tanpa kelas horizontal. Seperti inilah progress yang besar dari kepemimpinan Mandela. Kenyataan yang ada, Mandela mengalami oleng kepemimpinan dia hanya terfokus oleh kesama rataan hak dalam warga Negara Afrika Selatan. Selama masa periode kepemimpinannya di Afrika Selatan, Mandela membuat sebuah piagam kemerdekaan untuk menyama ratakan hak bagi warga negaranya. Ini bukti keseriusan Mandela untuk memperjuangkan hak.
Namun, pada kenyataan yang ada ketika kesamaan hak warna kulit, agama, partai, kepercayaan menjad prioritas yang utama. Ada sebuah sisi lain yang terlupakan pada masa pemerintahan Mandela. Masih banyak rakyatnya yang mengalami kesejahteraan dibawah garis miskin. Sungguh luarbiasa perjuangan Mandela yang menyamakan hak rakyatnya. Tetapi, hal itu belum bisa mengakomodasi hak-hak rakyat yang masih miskin ini.
Dihadapkan dengan permasalahan kemiskinan ini, ada hal lain yang mengenaskan selain kemiskinan itu. Permasalahan kesehatan yang kurang terkontrol. Bukan hanya permasalahan kemiskinan, Mandela juga kurang memperhatikan kesehatan masyarakatnya, yang pada waktu itu penyakit AIDS ini mewabah dari semua kalangan. Hampir sebagian penduduk Afrika Selatan menjangkit penyakit AIDS ini. Dibalik penyakit ini, ada sesuatu yang mengganjal dengan kesamaan hak seluruh rakyatnya. Pertanyaan yang muncul ketka dihadapkan dengan merabaknya penyakit AIDS ini. Apakah kesamaan hak rakyat Afrika Selatan, sudah membebaskan tatanan norma dan nilai yang ada. Yang pada hakikatnya penyakit AIDS ini muncul disebabkan oleh beberapa hal diantaranya berganti-ganti pasangan, memakai jarum suntik yang tak steril, mengkonsumsi narkoba. Inilah bukti kekurang mampuan seorang pemimpin untuk menangani permasalahan-permasalahan sebuah Negara yang notebene banyak sekali penduduk dan permasalahannya.
Harapan kedepannya seorang pemimpin mestinya ada penyeimbangan kepentingan-kepentingan yang ada dalam negaranya. Bukan berarti focus dalam sebuah permasalahan, lalu larut dalam permasalahan itu. Tetapi mengenyampingkan permalasahan yang lainnya.

Minggu, 15 Maret 2009

Pemilu 2009: Kampanye serabutan para calon legislatif

Tanggal 9 April 2009 adalah tanggal dimana awal perubahan secara nasional, yang dimana perebutan kursi kepemimpinan dari kursi legislatif kabupaten sampai n oleh puasional. Rakyat seakan-akan ada yang merasa senang oleh adanya pemilihan umum yang diselenggarakan lima tahun sekali ini di Indonesia. Ada juga yang geram oleh kelakuan para calon legislatif ini.
Rakyat yang digembirakan oleh pemilu yang diselenggarakan lima tahun sekali ini, biasanya memperoleh penghasilan lebih diantara tahun-tahun sebelumnya. Perolehan penghasilan lebih ini diperoleh dari para legislatif yang ingin dipilih dengan membayar perseorang untuk menyontreng nama caleg tersebut. Contoh kasus pada daerah pilihan Jateng IX (Brebes, Kota/Kab. Tegal) salah seorang tim sukses dari seorang caleg di dapil tersebut menjanjikan motor honda, jika si team sukses tersebut bisa mendapatkan lebih dari 2000 suara. Itukan artinya tidak adanya kesadaran yang ada semangat untuk bagaimana mendapatkan motor oleh para team sukses para caleg. Dilain hal, para pendesigner pamflet, baliho, dan antribut kampanye laris manis ketiban rejeki oleh caleg yang merebutkan kursi panas legislatif tersebut. Kesadaran masyarakat yang sudah punya hak suara kini ketiban rejeki pula, apalagi para tukang becak yang kini tiap harinya bisa berganti-ganti kaos partai politik dan kaos para caleg. Wah, sudah sewajarnya para caleg menanamkan rasa kesadaran berpolitik kepada masyarakat dengan memakai rasionalitas dan intelektual, bukan dengan modal para caleg yang gede-gedean modal kampanye.
Mari buktikan nyali pada para caleg DPR RI khususnya, yang ingin membuktikan kampanyenya dengan rasinonalitas dan intelektual dengan mengikuti uji kandidat calon legislatif sebagai edukasi masyarakat. Di Islamic Centre Brebes Sabtu, 21 Maret 2009. Disana para caleg memaparkan visi dan misi kedepan serta langkah konkret apa yang dilakukan ketika sudah terpilih menjadi DPR RI.
Buktikan Nyalimu, Hai Caleg!!!

Senin, 02 Maret 2009

Kegiatan liburan kuliah semester ganjil

Awal liburan dimulai dari tanggal 26 Januari 2009 sampai 1 Maret 2009. Diliburan itu saya mengisi dengan kegiatan sosialisasi Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman) dan Try Out Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri, bersama dengan kawan-kawan Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes Wilayah Purwokerto (KPMDB Wil. Pwt). Beberapa sekolahan kami silaturahimin dan adakan sosialisasi Unsoed, sekolah yang kami kunjungi hanya 12 sekolah saja yang berada di beberapa kecamatan di Kabupaten Brebes. Setidaknya di acara sosialisasi Unsoed ini kami bisa berkontribusi untuk teman-teman SMA agar lebih tahu perguruan tinggi Negeri di Purwokerto itu apa dan bagaimana gambaran kehidupan di masa kuliahan dan diperantauan.

Setelah adanya sosialisasi Unsoed kami mengadakan Try Out Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), sebagai kegiatan follow up dari apa yang kita laksanakan sebelumnya yakni sosialisasi Universitas. Try Out ini bertujuan untukmemotifasi teman-teman SMA dan agar bisa menilai seberapa kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk mengikuti SNMPTN. Pelaksanaan Try Out ini pada tanggal 15 Februari 2009 bertempat di SMA N 2 BREBES, dari pukul 08.00 sampai 13.00 WIB. Peserta try out SNMPTN lumayan cukup banyak yakni 157 peserta dari beberapa SMA yang tersebar di Kabupaten Brebes. Acara tersebut yang niatnya akan dibuka oleh wakil bupati brebes bapak Agung Widyantoro, S.H, M.Si, ternyata beliau tidak bisa hadir dalam acara Try Out SNMPTN karena lain sesuatu hal. Sebagai pengganti wakil bupati untuk membuka acara try out SNMPTN tersebut, kegiatan tersebut dibuka oleh ketua KPMDB Wilayah Purwokerto Syahid Al Hasan. Kegiatan tersebut diisi dengan permainan motivasi dan pembahasan soal oleh kawan-kawan Kamus Media.